Senin, 31 Januari 2011

The Old Magazine on My Desk

I was looking at my old magazine, and my eyes were stunned by an article, and it was Han Awal, a legendary Indonesian architect. This page was inspired me so much, as I trying to create more art since I have found this article. And I keep wondering if I could get someone to go somewhere, it must be him. It is because of his experience and his expertise in designing buildings in Indonesia. Do you know the great building right in the opposite of Bundaran HI? It was designed by him, aesthetically describing the journey of Indonesian history. Also one of the museum of Indonesia, you should go there dude!

Can you guess where will I go with him? I’ll bring him to Baghdad before the invasion of Hulagu Khan because it‘s the most incredible time when Iraq was in its glory time—just like Mr. Ihsan (my Islamic History teacher) said, Baghdad in that time was the finest city, the most incredible thing at that time. You should see it by your self. Unfortunately, it’s impossible to do now, considering the big attack of Mongol in that era. Han Awal, I will show him the beauty of Baghdad in Abbasiyah time, then I will take him home and work with him to build a beautiful building in Indonesia adapted from Baghdad’s art & architecture. He will be the architect, I will be the interior designer. It will be so C.O.O.L!

I'm sure it will, when the time has come

Rabu, 26 Januari 2011

Sesuatu yang Tidak Dimiliki Bangsa Ini

terinspirasi dari artikel yang ditunjukkan oleh guru sejarah saya, Pak Ipik Ernaka, artikel ini dari sudut pandang saya.....

Ya, Bangsa ini kaya akan sumber daya alamnya. Tak kurang dari delapan belas ribu seratus sepuluh pulau dimiliki Bangsa ini. Ada banyak sekali tambang menyebar di seluruh daerah yang dimiliki Bangsa ini. Tambang emas, tambang uranium, tambang batu bara, tambang minyak, tambang perak, tambang permata, tambang bauksit, tambang kokas, tambang belerang, dan banyak lagi. Betapa beruntungnya Bangsa ini, memiliki sumber daya tambang yang sangat bervariasi, Bangsa ini memiliki prospek masa depan yang sangat bagus.
Bangsa ini memiliki hutan yang sangat luas, bahkan hampir semua daratannya dulunya adalah hutan tropis, stepa, atau sabana. Sama sekali tak ada gurun di daerah yang ditempati Bangsa ini.

Bangsa ini juga memiliki sumber daya manusia yang sangat berlimpah, bahkan sampai-sampai Bangsa ini bingung bagaimana harus memanfaatkannya. Banyak sekali sumber daya manusia yang akhirnya terbengkalai begitu saja, bahkan tak jarang dari sumber daya manusia yang bagus “diambil” oleh bangsa yang lainnya.

Tak hanya itu, Bangsa ini juga memiliki lokasi yang strategis, tepat di garis khatulistiwa. Daerah yang sangat potensial untuk dilewati kapal-kapal perdagangan dan juga disinggahi bangsa-bangsa lain. Bangsa ini juga memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Hal ini berarti Bangsa ini memiliki iklim yang sangat cocok untuk melakukan aktivitas pertanian. Sudah sepatutnya Bangsa ini mengambil manfaat dari keuntungan yang mereka miliki ini. Karena letak geografisnya juga, Bangsa ini memiliki beribu-ribu bahkan berjuta-juta spesies berbeda di setiap jengkal tanahnya. Di laut, di darat, bahkan udara. Spesies endemik juga ditemukan di sini. Ada burung yang memiliki buntut “emas” di ujung timur daerah Bangsa ini, ada juga burung yang berkepala bergerigi dari salah tau pulau terkenal di tengah-tengah daerah milik Bangsa ini. Tak jarang bangsa lain iri dengan kekayaan Bangsa ini dan memutuskan untuk membawa spesies endemik dari Bangsa ini ke daerahnya untuk dibudidayakan.

Ada suatu hal yang sangat penting yang tidak dimiliki oleh Bangsa ini. Sebenarnya semuanya tergantung pada sudut pandang yang Anda miliki. Lewat kacamata saya, saya kira Bangsa ini kekurangan satu aspek dalam kehidupannya, SEMANGAT PERJUANGAN. Sebesar semangat untuk merdeka yang dimiliki Bangsa ini beberapa puluh tahun yang lalu, namun pada konteks pembangunan. Ya, semangat berjuang untuk menjadi sebuah Bangsa yang lebih baik, memberi segala sesuatu yang terbaik untuk bangsanya sendiri, demi perubahan Bangsa ini juga. Saya kira semangat nasionalisme Bangsa ini sudah mulai membaik setelah ada “sentilan” dari tetangganya. Tetapi semua itu belum lengkap untuk memenuhi persyaratan untuk menjadi “bangsa yang maju” atau “menuju ke arah bangsa yang maju”. Perlu adanya suatu semangat berjuang, sehingga dengan mental ini Bangsa ini bisa bersatu untuk membangun bersama-sama Bangsa ini dalam segala aspek. Bukankah Bangsa ini masih menganut asas gotong-royong?saya kira jawabannya iya. Setahu saya Bangsa ini belum pernah menyatakan diri untuk tidak lagi menganut asas tersebut. Saya kira dengan menggunakan asa tersebut pembangunan akan lebih mudah dijalankan, dan hasilnya juga akan lebih terlihat lagi. Semoga Bangsa ini tidak perlu mendapat “sentilan” lagi untuk membangkitkan semangat ini. SEMOGA.

Sabtu, 22 Januari 2011

Catatan1: Lukisanku Malam Ini



Lukisanku malam ini.
Ada yang berbeda dengan lukisanku malam ini. Bukan, bukan berarti aku mengambil aliran berbeda dalam melukis, apalagi mencoba teknik baru dalam membuat lukisanku kali ini. Mencoba hal baru sudah menjadi suatu kemakluman di masa globalisasi ini. Tetapi ada yang berbeda dengan lukisanku malam ini.
Mungkin bagimu tak ada yang berbeda dengan lukisanku malam ini. Masih dengan cat minyak, palet cokelat yang selalu setia menjadi tempat transit cat minyak sebelum ke kanvas. Aku juga masih memakai kanvas tipe standard, belum beralih ke vinyl. Tetapi kurasa ada yang berbeda dengan lukisanku malam ini, mungkin hanya aku yang dapat merasakannya. 
 
Tak selaras. Kurasa lukisanku malam ini tak selaras, Mencoba membuat kombinasi yang selaras dari warna-warna di palet ini ternyata tak seindah biasanya. Menyapukan kuas di atas kanvas ini ternyata membuatku semakin frustasi. Gagal. Warna-warna itu tak bersatu dengan suksesnya. Ada beberapa cacat di dalamnya. Di bagian kiri atas terlalu gelap, warna biru tuanya terlalu tebal, warna kuningnya kalah. Membuatnya seperti saling meniadakan, bukannya saling mendukung membuat gradasi warna yang indah seperti seharusnya. Tak selaras. Bagiku yang perfeksionis, semua itu sangat mengganggu. Aku menginginkan semua warnanya menyatu, membuat gradasi warna mencolok di sisi kanan atas dan bawahnya, namun spektrum warna yang kubuat ini gagal. Tak seperti yang kuharapkan. 
 
Setelah kurenungkan baik-baik, kukira lukisanku malam ini menggambarkan keadaan diriku. Ada yang tidak selaras di sini, ada yang tak seharusnya seperti ini. Dan aku baru menyadari hal itu. Hanya saja aku belum menemukan bagaimana cara membuatnya selaras. 
 
Lukisanku malam ini masih ku gulung di sudut kamarku. Kuharap suatu saat aku akan menemukan cara untuk membuatnya selaras.


Catatan 1 to be continue....

Book Review: A Different Love Story for the idealism lovers

Book : De Winst  (profit-deutch)
Author : Afifah Afra
Publisher : Afra Publishing
Date publishing : January 2008



Authored by a talented-moslem author, who has written more than thirty books. The Afifah Afra's best novel was published by Afra Publishing, and firstly published on January 2008.
A different love story for idealism-lovers. I think that’s the most suitable words to describe this novel. If you are wondering why i have chosen those words , it is because the author has brought a different taste in her novel. The writing on the cover of the book said that this novel is an idealism taste-booster up novel. Ya, in this novel, Afra was trying to boosting-up idealism, as you can see in her way describing the setting, detailed, illustrated precisely the setting in that era, which is really make us feel like in the middle 19th century, when the Dutch colonized Indonesia. Afra has proven her ability in making an innovation, developing something from most romantic novel did--always serving the same main problems, and finally : happy ending-- and practically being outstanding successfully. Moreover, Afra has found her own way to attract the readers until the end of the stories, something that most of the thick books did not have. In addition, the story consisting of some important values, that have been forgotten today. Just like the citizen’s responsibility to build their country, no matter how long you are out of the country; the children’s duty to obey their parents; and more societal values you can get. Afra illustrated the characters strongly, that makes the story more interesting.
Besides,  in order  to create that era’s circumstances, Afra used Javanese language and deutch in some dialogues, that may confusing some readers who do not understand these language. Because in some cases, the dialogue contains important parts of the story. While there is not any footnote or translation in this novel.
De Winst consists of twenty two chapters, which is enlighten the story about Rangga, one of the empire relatives-Indonesian student who was study in Holland, and his life after go back from Holland. In his way back home, he met Everdine Kareen Spinoza, a beautiful woman from Holland. And instantly, Rangga fell in love with her. Unfortunately, Rangga has been matched with his cousin, Sekar. Sekar was different with other women at that time, she grew as a brave girl, and againts the colonials apparently. At that era, in Java’s tradition, the elder’s command was very sacred, that you have to admit it, eventhough it is contradicted with your opinion. The story also illustrated the situation of Indonesia in that era, where the natural resource was controlled by the foreigner, as some of the inlander was began trying to take over the foreigner’s place, because the foreigner always treat Indonesian people rudely. And Rangga, as one of the educated inlander, directly being a willing to make it comes true. In this part, Afra illustrated Rangga’s personal conflict, among his engagement plan, then his feeling with Kareen, his responsibility as an educated inlander to create a good condition for Indonesian labours in the sugarcan factory where he works. Then the complexities,  tragedies, and betrayals has made the situation uncontrollabe. The story goes fast, as Afra used to be surprising the readers by unpredictable plot. And then the story became complicated, but believe me, this novel will makes you curious.
Disappointingly, the end of the story will not satisfy the readers. Afra made it the end of the story look common, and made a bad impression at the end. But do not worry about it, because this is the first novel from four. The end of this novel is the beginning of the second novel. If you do not satisfy with the end, you can read the rest novel. This novel is appropriate for you who are searching for different tasted novel without loosing the sense of a good novel. Primary for you idealism lovers. This novel will bring you back to the middle 20th century, and will give you detailed illustration about the setting of that era.

*the review of the second book is coming soon!